Penelitian fosil manusia purba telah dilakukan mulai akhir abad ke-19. Peneliti terkenal yang bernama Eugene Dubois merupakan salah satu tokoh yang pertama kali melakukan penelitian di bantaran sungai Indonesia. Peristiwa tersebut sekaligus menjadi titik awal alasan mengapa para ahli banyak melakukan penelitian manusia purba di Bantaran sungai.
Berdasarkan Pola Hunian
Lokasi penelitian yang dipilih oleh para ahli ditemukan berkaitan dengan pola tempat tinggal manusia purba. Pola pemukiman manusia purba memiliki dua karakteristik: kedekatan dengan sumber air dan kehidupan luar. Pola hunian manusia purba dapat dibaca dari letak geografis lokasi dan kondisi lingkungannya.
Beberapa contoh pola pemukiman di dekat sumber air adalah pada reruntuhan purbakala di sepanjang aliran Bengawan Solo: Sambung Macan, Sangiran, Trinil, Ngandong dan Ngawi. Tempat-tempat ini menunjukkan kecenderungan manusia purba untuk mendiami daerah tepi sungai. Kondisi ini dapat dipahami mengingat keberadaan air menawarkan beberapa manfaat.
Mencari Sumber Air
Air tidak hanya merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, tetapi juga bagi tumbuhan dan hewan berburu. Kehadiran air di lingkungan menyebabkan keberadaan berbagai hewan hidup di sekitarnya. Seperti halnya tanaman, air menjamin kesuburan tanaman dan dapat digunakan sebagai sumber makanan bagi manusia purba.
Dengan tinggal di dekat sungai, manusia purba dapat memenuhi berbagai kebutuhan airnya. Tidak hanya itu,ย alasan mengapa para ahli banyak melakukan penelitian manusia purba di bantaran sungai juga karena fungsi utama lokasi untuk mendapat sumber makanan berupa tumbuhan dan beberapa hewan yang melintas di sepanjang aliran sungai.
Informasi diatas dapat membantu anda memahami alasan dari para peneliti melakukan penelitian di bantaran sungai. Selain dilihat dari segi pola hunian, peneliti juga mempertimbangkan bahwa manusia secara alami akan memilih lokasi tempat tinggal di dekat sumber air untuk terus bertahan hidup.