Pondok pesantren (ponpes) merupakan salah satu tempat belajar bagi para santri (siswa) untuk mempelajari tentang agama Islam secara lebih mendalam. Sebagai sebuah negara dengan jumlah penduduk muslim yang sangat besar, Indonesia memiliki banyak ponpes yang tersebar di seluruh wilayah. Beberapa ponpes bahkan sudah berdiri sebelum Indonesia meraih kemerdekaan. Ponpes tersebut masih berdiri dan berkembang hingga sekarang. Selain itu, jumlah santri yang belajar dalam ponpes tersebut juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Salah satunya adalah Ponpes Langitan. Ponpes ini didirikan oleh KH. Muhammad Nur pada tahun 1852. Awalnya, Ponpes Langitan merupakan sebuah surau kecil yang digunakan untuk mengajarkan agama Islam kepada masyarakat sekitar. Akan tetapi, Ponpes Langitan kemudian berkembang menjadi sebuah ponpes yang besar dan mempunyai banyak santri.
Sistem Pendidikan pada Ponpes Langitan
Sebagai sebuah pondok pesantren yang telah berdiri sejak lama, Ponpes Langitan memiliki sistem pendidikan yang khas dan disesuaikan dengan kebutuhan para santrinya. Secara umum, sistem pendidikan yang ada di Ponpes Langitan dapat dibedakan menjadi dua sistem yaitu sistem klasikal atau madrasiyah dan non klasikal atau ma’hadiyah.
Sistem klasikal (madrasiyah) merupakan salah satu sistem pengajaran dimana proses pembelajaran telah dibuat dalam sebuah sistem yang teratur dan sesuai dengan prosedur kurikulum. Selain itu, sistem klasikal juga memiliki sifat formalistik dimana semua kegiatan pada setiap tingkatan memiliki aturan yang terperinci. Ponpes Langitan menggunakan sistem klasikal dengan membagi lembaga pendidikan menjadi tiga lembaga yaitu Al Falahiyah, Ar Raudhoh, dan Al Mujibiyah.
Al Falahiyah merupakan sebuah lembaga pendidikan dari Ponpes Langitan yang diperuntukkan bagi para santri laki – laki. Sehingga, gedung lembaga pendidikan Al Falahiyah terletak di area pondok santri laki – laki. Al Falahiyah memiliki beberapa jenjang pendidikan. Salah satunya adalah jenjang pendidikan RA/TPQ yang harus ditempuh selama 2 tahun. Setelah itu, para santri bisa melanjutkan di jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah yang ditempuh selama 3 tahun untuk setiap jenjang pendidikan.
Sementara itu, bagi para santri putri, bisa mengikuti lembaga pendidikan Ar Raudhoh. Lembaga pendidikan ini memiliki beberapa jenjang pendidikan yaitu MI, MTs, dan MA. Setiap jenjang pendidikan ditempuh selama 3 tahun. Lokasi dari lembaga pendidikan Ar Raudhoh ada di pondok santri putri bagian timur. Sementara itu, bagi santri putri yang ada di bagian barat, mereka bisa menempuh lembaga pendidikan Al Mujibiyah. Lembaga pendidikan ini memiliki beberapa jenjang pendidikan yaitu MI, MTs, dan MA. Setiap jenjang pendidikan dapat ditempuh selama 3 tahun.
Sedangkan sistem non klasikal atau ma’hadiyah adalah dilaksanakan dengan metode sorogan dan bandongan. Sistem ini dilaksanakan dengan membagi para santri menjadi dua kelompok yaitu kelompok umum dan tahassus. Waktu pelaksanaan program bagi kedua kelompok juga berbeda. Khusus untuk kelompok Tahassus, hanya para santri yang lulus tingkat aliyah dapat mengikuti program pendidikan ini. Anda bisa melihat ulasan tentang pesantren lainnya di https://hasana.id/.
Membeli Peci Songkok untuk Ponpes
Bagi para santri yang tinggal di sebuah pondok pesantren, mereka tentu perlu mengenakan pakaian yang sesuai dengan aturan yang ada di pondok. Salah satunya adalah penggunaan peci songkok bagi para santri laki – laki. Peci songkok ini digunakan setiap harinya pada seluruh kegiatan di ponpes. Oleh karena itu, para santri laki – laki perlu memiliki banyak peci songkok. Untuk mendapatkan peci songkok dengan jumlah yang banyak dan kualitas bagus, mereka bisa membelinya dari agen yang menangani grosir peci kopiah songkok.